Senin, 25 April 2011

Onthelku!

Kebo Kiai Rahardjo

sepeda Onthel saya ini gag tau buatan Tahun berapa (lebih tua dari saya pastinya),
merk-nya sih Humber, buatan inggris,
rangkanya dah karatan ditambah lagi dah rentan (korban gempa jogja-jateng 2006),
dan sekarang kubawa ke jakarta,
dan sekarang mobilitas saya banyak bergantung padanya,
berangkat-pulang kerja, cari makan, sampai sepedaan keliling jakarta,
alasan saya sih simpel aja,
semoga sih saya naik sepeda ini bukan karena hari ini saya belum mampu beli sepeda yang ada knalpotnya,
temanku berkelana
bukan karena saya ingin jadi aktivis lingkungan (wong saya masih suka udud-tan/ngerokok),
bukan juga karena cari perhatian, bukan juga karena dalam program penghematan (hemat itu dari orangnya, bukan dari bawaannya),
tapi karena saya suka berkendara dengan "dia", menikmati setiap kayuh-nya, dan menikmati setiap momen putaran rodanya di jalanan. 
ingin kutelanjangi jakarta bersamamu!!!

Sabtu, 23 April 2011

Forget Jakarta #music biz

pada dasarnya saya sangat suka dengan suara Adhitia Sofyan,
salah satu lagu favorit saya adalah "forget jakarta"


dan inilah liriknya:
Forget Jakarta
by:Adhitia Sofyan


And I put all my heart to get to where you are
Maybe it’s time to move away
I forget Jakarta
And all the empty promises will fall
This time, I’m gone to where this journey ends

But if you stay, I will stay
Even though the town’s not what it used to be
And pieces of your life you try to recognize
All went down 

I travel the world to get to where you are
Strangers i met along the way
You forget Jakarta
Leaving all the lunacy behind
This time give me back my sanity

Yeah I’m still on my way to get to where you are
Try to let go the things I knew
We’ll forget Jakarta
Promise that we’ll never look behind
Tonight, we’re gone to where this journey ends

And all the pictures that you try to loose
Will follow you behind like ghosts do
And all the lies you try to keep
Have fall behind to catch you even more

Toilet Paper

Halus lembut memang permukaan dirimu,
Semakin meyakinkan kerentanan dirimu,
Tipis transparan tak ada corak lain itulah dirimu,
Segulung kertas tisu di ujung toilet,,

Tak ada yang memperhatikanmu selain para pengunjung toilet
Bukan pilihan utama, walau sering dipilih tetapi hanya pelengkap,
Habis dipakai pun lantas dibuang,
Dibuang ke tempat sampah karena memang dirimu sampah,

Adakah orang pernah berpikir menggunakanmu selain selayaknya kau digunakan,
Pembersih kotoran, adakah fungsi lain yang kau punya??
Setelah dipakai Dirimu pun tak jauh hina dari kotoran itu sendiri,,
Lantas apakah dirimu masih menganggap dirimu sangat berguna?

Bergumamlah teman tentang keadaanmu,
Berteriaklah teman tentang ketidakadilan yang menggelayutimu,
Menggonggonglah teman tentang kenyataan nasibmu,,
Tapi aku tak yakin ada yang mampu mendengarmu, 
Atau sekedar mau mendengarmu,

Karena dirimu teman,,
Hanyalah secarik kertas tisu yang memenuhi tempat sampah itu,,



ditulis setelah mendapat pencerahan teman bahwa untuk membuat beberapa lembar tisu diperlukan satu batang pohon besar.

Minggu, 17 April 2011

Nagabonar jadi 3

baru panas (baca:on fire) posting, dan lagi-lagi mau ngebahas sebuah foto yang sebenarnya cukup sepele, foto patung seorang pahlawan, bukan superman lagi kok, yang satu ini adalah seorang local hero,
berikut hasil jepretan amatiran saya tadi pagi saat melintas jalanan ibukota dengan onthel saya, saat mau menghabiskan sunday morning di bunderan HI:
:

Perjuanganmu tiada henti
coba tebak siapakah sosok patung tersebut???
yapp beliau adalah bapak Panglima besar Jenderal Sudirman, pahlawan nyata, bukan fiktif dan bukan isapan jempol, kegigihan beliau, patriotisme beliau dalam memimpin perlawanan terhadap penjajah (tentara sekutu yang diwakili belanda) dengan taktik gerilya sudah menjadi kisah legenda di negeri ini.
Lantas apa yang mau dikomentari??
saya cuma tergelitik dengan gaya patung tersebut, panglima besar dan jenderal pertama dan paling muda republik ini dibuat patungnya dengan mengenakan jas panjang, ikat kepala, membawa tongkat di tangan kirinya, dan memberikan penghormatan dengan tangan kanannya.
memberi penghormatan pada apa dan siapa kah patung ini???
bukankah beliau hanya layak memberi penghormatan kepada sang saka merah putih dan garuda pancasila saja, tak kulihat didepannya berkibar Bendera Pusaka tanah air kita itu, tak jua kulihat burung Garuda Pancasila terbang dihadapannya atau bertengger disekitar situ,
lantas kepada apa dan siapa sebenarnya sang patung sedang menghormat????
ataukah ia sedang memberi penghormatan pada pucuk Monumen Nasional, ahhh tidak lah, patriotismenya bukan patriotisme mercusuar, ia pahlawan sederhana yang terus total walaupun TBC mendera.
jangan-jangan ia sedang menghormat pada calon gedung bertingkat-tingkat DPR??? walau katanya gedung itu adalah wujud mimpi besar rakyat yang mau direalisasikan oleh para wakil rakyat, aku ragu ia menghadap kesana dalam memberi penghormatan, karena beliau adalah pahlawan yang selalu berada di tengah rakyat-rakyatnya, bukan pahlawan yang ada di mimpi besar rakyatnya.
kembali saya bertanya kepada sebenarnya patung ini memberi hormat????
huuuuh saya harap dia sedang menutupi wajahnya karena kena panas sinar matahari, maklum disitu peneduh sudah tidak ada, dan komplek didekat patung inipun selalu memunculkan berita panas,
karena saya tidak rela jika Panglima Besar saya harus menghormat pada hal-hal yang tak pantas dihormati, walau itu cuma patung,


sebelum melanjutkan perjalanan saya memberi penghormatan pada patung ini, layaknya gaya patung ini sendiri (teringat salah satu chapter film nagabonar jadi dua), ditengah banyaknya orang yang lewat, masa bodoh, karena memang hanya sampai sebatas ini dulu saya dapat menghargai salah satu pahlawan Ibu pertiwi ini.

negara yang besar adalah negara yang mampu menghargai jasa-jasa para pahlawannya.

memo untuk IBU


Apakah saya sedang bermiimpi minggu pagi ini???
Pagi ini tiba-tiba saja saya teringat dengan ibu dirumah, perasaan kangen rumah, kangen ibu, sepertinya sedang mendera batin bujangan ini, tak biasanya memang, maklum selama merantau di tanah orang obat pelepas kangen cukup dengan kabar sms atau telpun, itu sudah cukup buat saya, yang penting ibu (baca:orang rumah) tahu keadaan saya baik, selebihnya itu masalah saya dan jangan jadi beban orang rumah, itu prinsip saya yang mungkin tak sebulatnya tepat.
Ibu saya, yang selalu saya panggil “buk’e” memang bukan wanita modern, bukan layaknya ibu-ibu sekarang yang selalu tampil fashionable penuh dengan olesan kosmetik dan semerbak parfum disekujur tubuh, Ibu saya juga bukan wanita karier yang berkerja tanpa batas waktu hingga lupa keluarga, karena memang ibu saya cuma ibu rumah tangga, ibu saya pun tak memiliki social networking yang luas, walau bukan berarti beliau tidak pandai bergaul.

Bagi saya Ibu menyerbakan harum tersendiri, harum kasih sayang pada anak-anaknya, saya rasa hanya anak-anaknya yang mampu mencium harumnya ibu. Sepanjang kebersamaan dengan ibu, tak pernah kulihat ia nyaman beristirahat, karena segudang pekerjaan rumah dipikul beliau tiap hari demi kewajiban mengurus keluarga, yang kutahu juga ibu nyaman dengan lingkungannya, walaupun beliau pedagang yang sebatas pedagang eceran jadi tidak memusingkan polah tingkah client atau rekanan segala.
Saya memang bukan anak Ibu –anak mama- karena separuh lebih umur saya yang sudah masuk kepala 2 ini saya habiskan diluar kehangatan keluarga, jauh dari belaian kasih Ibu setiap hari. Ya sejak kecil saya sering diungsikan ke kota lain dengan alasan mencari mutu sekolah yang lebih baik. saat kuliah pun kebetulan dapet luar kota, yang jauh dengan keluarga. Dan sekarang berkat doa Ibu juga saya sudah kerja, dan lagi-lagi jauh dari keluarga, meskipun jarak tempuh pulang kampung masih dapat dihitung dengan satuan jam. Lantas kadang saya heran kenapa banyak orang malu disebut anak mama, bukannya mereka harusnya senang karena mereka dapet begitu dekat dan hangat dengan ibu-ibu nya. Bagi saya yang bukan anak mama, dan saya akui kurang dekat dekat dilihat dari jam kebersamaan, saya bersyukur karena saya sangat percaya bahwa Ibu sangat menyayangi dan mengasihi kami anak-anaknya lebih dari yang kami tahu dan lebih dari yang harus kami tahu, itu saja sudah cukup dan yang pasti saya pun sangat menyayangi Ibu saya, lebih dari yang saya ungkapkan, dan lebih dari sikap lahiriah saya yang sering kali bandel dan tak acuh dengan nasehat beliau.
Pagi ini juga teringat kata-kata beliau saat saya memberi kabar bahwa saya telah resmi lulus dari STAN, beliau mengatakan permohonan maaf disamping rasa syukur beliau kepada Tuhan, beliau meminta maaf karena tidak pernah membimbingku belajar dari dulu, tak pernah mengajariku mengenai materi pelajaran sekolah, tak pernah menemani mengerjakan PR, dan sekarang tiba-tiba saja saya sudah lulus D3. Ibu mengatakan bahwa beliau Cuma dapat mendoakan anaknya, dan percaya apapun yang dilakukan anaknya, Huuuuuuuaaaaaah, berkecamuk dalam dada, saya diam tak begeming, tidak kubiarkan Orang tuaku meminta maaf padaku, karena tak pernah sedikit pun mereka berbuat salah.

Ibu memang kita tak selalu bersama, memang kita tak setiap hari bertemu, tapi aku tahu Ibu selalu ada di setiap doaku, dan ibu biarkan disini diriku tak selalu mendapatkan perhatian dan belaian kasihmu, tapi ananda percaya Ibu selalu sayang dan mendoakan ananda disini.

Semoga ibu selalu sehat dan selalu diberi kekuatan untuk terus menyayangi kami anak-anaknya.
Tole 

PS: belum ada foto ibu saya, kapan2 dikasih deh..
      ditulis sehabis lihat el clasicco jilid 2 2011