Kamis, 24 November 2011

Dilarang Merokok!!!!!


Additional Special Warning
Bukan ingin menambah polemik mengenai untung dan rugi merokok,
Nggak pengen sharing juga tentang pengalaman keseharian ditemani oleh fine clove ciggarete
atau mempermasalahkan dan mendukung pemberlakuan larangan merokok yang sudah diundangkan,

Hanya untuk me-remind diri bahwa saya pernah dilarang merokok oleh orang yang saya sayangi,
Memang begitu sulit untuk meninggalkan "kebutuhan" merokok,
Tapi tidak ada salahnya bila mencoba untuk menguranginya,

Bukan semata-mata karena ingin mendapatkan hati si-Dia,
Tetapi mencoba untuk mengindahkan perhatian "Dia" kepada saya,

terima kasih atas "Additional Special Warning" darimu,

#berharap dirimu akan selalu menjadi pengingatku di sisa perjalanan panjang kehidupan ini,

Senin, 14 November 2011

Burung-Burung Manyar

Apa yang langsung ada di pikiran anda ketika ditanya mengenai karakteristik burung manyar?
Atau anda malah belum pernah melihat wujud burung Manyar?

Mungkin bagi anda yang belum pernah menjumpai si Burung Manyar ada baiknya anda mencari referensi mengenai burung ini atau datang ke Kebun Binatang (semisal masih ada), karena burung ini terbilang langka, apalagi kalau kita menunggunya di pelataran apartemen tercinta, hehehe....

Sekedar ingin melihat burung ini, mungkin  juga sekarang sudah langka di desa saya (tempat asal), tapi paling tidak saya pernah terkesima melihat burung kecil nakal ini di kebun belakang rumah, sewaktu saya masih kanak kanak,

Sayang pengalaman saya terjadi sebelum saya membaca buku "Burung-Burung Manyar" karya Y.B Mangunwijaya, sehingga gag pernah nggeh dengan kelakuan si Manyar Jantan dalam membuat sarang seperti yang dituturkan Romo Mangun,


"Burung-Burung Manyar" adalah sebuah buku yang penuh dengan pesan humanisme dari seorang penulis yang sangat Humanis. Buku yang lahir dari seorang tokoh keagamaan, seorang arsitek, seorang pendidik, dan seorang penggiat lingkungan. walaupun tidak pernah mengikuti sepak terjang sang penulis sewaktu masih sugeng tapi saya sangat mengagumi karya nyata Beliau di masyarakat dan kepribadiannya yang diwartakan melalui dunia maya maupun dari lisan orang per orang,

Dari buku yang berlatar perjuangan mempertahankan kemerdekaan ini terdapat pesan tersirat dan juga kias yang begitu banyak, diantaranya;

Soal "kharakter" kepribadian yang tergambar melalui pemilihan peran yang begitu cantik, tidak hanya pada diri tokoh utama Seta maupun Atik tetapi juga pada penempatan peran yang dibawakan tokoh lain,

Ada "romantisme" unik dan komplek yang di gambarkan dalam tingkah para jantan Burung Manyar saat membangun sarang, para Jantan berlomba-lomba membuat Sarang yang bagus untuk memikat wanitanya, setelah itu wanita yang "diperebutkan" memilih Jantan mana yang akan membuahi sel telurnya kelak, "hanya" dengan melihat kecocokan dengan sarang yang dibuat oleh si Pejantan, Romantisme ala telenovela tak berhenti disini, bagi para Jantan yang "ditolak" maka mereka akan membongkar sangkarnya, dan mengganti dengan yang baru, disesuaikan dengan tipikal Betina baru incarannya. Begitulah bagaimana "arjuna" mencari cinta versi Burung-burung manyar yang silahkan anda persepsikan sendiri-sendiri dengan kehidupan nyata anda, hehehe "...memanglah kita dapat sedih dan marah membongkar segala yang kita anggap gagal, namun semogalah kita memiliki keberanian juga untuk memulai lagi penuh harapan..."

Penggambaran Idelaisme "aku" yang diperankan tokoh Seta dalam memilih jalannya sesuai dengan apa yang dipercayanya, disini Y.B Mangunwijaya memberikan kita kebebasan untuk menafsirkan dan menempatkan tokoh Seta, mau kita tempatkan ke dalam blok Hitam atau Putih atau Abu-Abu, yang jelas semua yang dilakukan dan dipilih Seta ada alasan, ada suatu hal yang mendasarinya, dan dia sadar dengan apa yang dia pilih. Bagi saya ketrampilan penggambaran tokoh Seta ini yang sukar ditemukan dalam penulis jaman sekarang,,, (menurut saya). Selain itu ada sebuah pesan pendek dalam Novel ini , yang menyentil tingkah kita yang sangat memperdulikan "Citra Diri", yang sangat mengagungkan penilaian orang lain kepada kita ,sehingga terkadang kita lupa akan essensi lain dalam kehidupan kita #apa coba (mencoba menafsirkan yang tersirat dalam novel).

Ada muatan akademis yang tersirat dalam pledoi Atik saat pembelaan tesisnya "Jatidiri dan bahasa citra dalam struktur komunikasi varietas burung Ploceus Manyar",,, hal yang biasa tapi terasa luar biasa ketika saya membaca lagi kalimat ini “...Pertanyaan terakhir saudari Promovenda, apakah yang akan anda sarankan dari segi biologi untuk manusia masa kini, khususnya bangsa ini?...”,, huaaaaa sebuah kalimat tanya sederhana yang langsung mengena pada inti permasalahan, Sebagai orang yang sudah dikatakan "berpendidikan" sudahkah kita bertanya pada diri sendiri, apakah kita pernah memberikan "saran", atas suatu permasalahan yang menjadi bidang kita, untuk kepentingan orang banyak (negara), atau paling tidak untuk sekumpulan orang disekitar kita? Atau diringkas, sudahkah ilmu kita memberikan manfaat bagi orang lain?

Semangat Nasionalisme, yang dituturkan dengan lugasnya, versi Seta atau versi Atik dkk, semua punya arti sendiri dalam melihat Nasionalisme. Membakar habis Nasionalisme seiring enyahnya penjajah, menggantinya dengan Revolusi yang cenderung Korupsi, atau tetap berpikir tentang Nasionalisme selayaknya Seta, Nasionalisme adalah apa yang menurut dia, bukan orang lain, wkwkwkwkwk,,,

Saking kompletnya Novel ini, untuk melengkapi latar cerita dalam masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, maka ada satu pesan yang sangat masuk, walau diucapkan Seta tidak dalam kondisi perang, tapi pesan kepemimpinan ini malah ditujukan pada Atik untuk menghargai suaminya, yang dianggap Atik kurang Jantan, berikut petikannya, "... memimpin tidak selalu dengan komando. Kualitaslah yang memimpin dan kualitas sering menang tanpa kata… Ia memimpin seperti alam raya ini. Tanpa kata. Seperti karakter..."

Selain pesan pesan tersebut kualitas Novel ini juga ditunjukan dalam alurnya yang benar-benar spontanitas, kita harus membacanya sampai akhir untuk dapat menghubung-hubungkan makna apa yang tertuang dalam cerita sebelumnya, dan kita dibuat kecele dengan sedikit sad ending dari cerita ini, 

Mungkin saya salah satu yang berharap Cinta Seta dan Atik akan jadi nyata di akhir cerita, tapi Romo Mangun punya gaya yang memang akan sulit kembali ditemukan pada penulis-penulis sekarang, yang mulai menjamur, dengan banyak "tema" yang diusung, dan dengan banyak "media" penyaluran dalam pem-populeran karya mereka,


-----------Melakukan hal terbaik bagi orang lain, belum tentu itu baik menurut dirinya (orang lain itu lo) #E-Burung Manyar wkwkwkwkw