Rabu, 05 Januari 2011

Jangan Panggil Garuda Jago Kandang!!!

catatan ini dibuat disaat penulis dan rakyat indonesia masih dalam aroma euforia piala aff, sebenarnya mau saya tulis banyak disaat kemenangan pembuka melawan malaysia, tapi baru sekarang bisa mencurahkan unek-unek di kepala ini.
isinya pun tak sekomplek yang saya ingin tulis waktu itu,tapi biarlah ini keluar, keluar ditengah banyak orang Indonesia sedang gila bola, gila timnas, musiman kah fenomena ini? atau hanya sebuah fenomena rumah kartu, yang berentetan jatuh ketika ada tiupan di salah satu sisi, hahaha sudahlah,

tulisan ini hanya sebuah pantulan pikiran, pantulan cahaya pandang yang terstimulus ketika saya membaca sebuah artikel di kolom majalah BOLA edisi 2140, kolom ini di tulis Tamara Geraldine yang berada di halaman 19 bagian Ole Internasional.
sekilas ketika saya baca artikel tersebut terlihat secara gamblang bahwa piala aff kemarin telah menyentuh banyak insan di Indonesia dari berbagai golongan, bahkan sampai ke artis, walau kita tak pernah tahu apa motif dan latar belakang mereka, ikut-ikutan kah seperti yang sudah saya paparkan, peduli terhadap citra bangsa kah, yang sering disebut rasa nasionalis? atau hanya sebuah perwujudtan eksistensi mereka di depan kalayak ramai (depan kamera), biarlah masing-masing dari kita menyimpan jawabannya atas apa alasan kecintaan kita terhadap timnas.kolom artikel tersebut bagi saya cukup menarik, karena disitu tamara memaparkan banyak segi mengenai gegap gempita setelah piala aff, ada dari segi politik praktis, ada senggolan birokrasi, ada sentilan pada pembinaan dan infrastruktur sepakbola, ada aspek pendidikan dan tentu ada aspek cinta, hahahahaha sebuah artikel pendek yang cukup menarik dari seorang selebriti yang peduli sepakbola.....
diawal artikel tamara ada hal yang saya setujui, KENAPA bila sepakbola (melalui timnas tentunya) yang pada level sekarang (spesialis runner up aff/tiger cup) dapat menimbulkan banyak efek positif (tidak saya sebut satu-satu apa itu) tidak kita tingkatkan kemampuannya atau kapabilitasnya, dengan dia mengkorelasikan dengan studi banding, hahahaha menurut saya hal ini adalah sebuah analogi yang sangat memaksa tapi sungguh menggelitik, kenapa ya tidak begitu, para anggota DPR survey ke spanyol mengapa mereka mampu juara dunia, atau ke brasil kenapa negara mereka seolah tak pernah berhenti malahirkan talenta-talenta terbaik sepakbola, sedang untuk masalah etika saja anggota dewan  mesti studi banding jauh jauh ke yunani, apakah Indonesia sangat tidak beretika? KENAPA? melihat suporter yang begitu sportiv dengan tidak membalas laser ke malaysia, tidak menginjak injak bendera malaysia di stadion dan melihat mereka berdiri bangga walau timnas kesayangan tak juara, apakah semua itu kurang ber etika????
kalau ada yang mengumpat di belakang, bagaimana dengan kisruh para Indonesia sejati saat mengantri tiket??? hahahahaha marilah kita tertawa saja, karena tak pantas anda berargumen kalau anda tak ada disana, anda tak pantas menyalahkan kebringasan mereka karena percayalah mereka sebenarnya tak mau dan malas beranarki seandainya membeli tiket nonton sepakbola bisa semudah dan tak perlu banyak perjuangan seperti membeli rokok eceran, yang walau kadang dapat tanpa kemasan tapi intinya sama, bisa ngrokok, hahahahaha
dari artikel tamara saya dapati satu statement dia yang cukup membesarkan dada,
..."GBK memang punya atmosfer seram buat yang tandang, seperti anfield, camp nou, JANGAN SEBUT INDONESIA JAGO KANDANG, INDONESIA MEMANG PUNYA KITA, and we will strike with pride"...
inilah sedikit gundah gulana saya, bukan karena kegagalan dapet tiket final waktu ngantri di gbk (walau akhirnya ada yang ngasih cuma-cuma), bukan karena saya hanya nonton aff langsung duakali dan dua-duanya lawan malaysia, bukan karena saya tiba-tiba suka bola, juga bukan karena saya ingin ikut-ikutan comment soal timnas di piala aff, jadi ... ???embuhlah,,
saya cuma salah satu remaja yang tumbuh dan berkembang (iklan susu) di desa, sepakbola adalah hiburan yang tak ternilai harganya, karena memang tak ada hiburan lain yang senilai. mimpi BISA main sepakbola pastilah ada, bahkan tak tanggung-tanggung saya pernah ikut SSB (sekolah serba bola) walau hanya ikut-ikutan dan berada di lingkup desa hahahaha, doa orang tua pun saya kantongi dari masih di kandungan, ibuk saya pernah cerita kalau bapak saya pernah berdoa biar kelak anaknya yang lahir bisa maen sepakbola, minimal suka bola, jadi...

jadi mari kita hentikan naturalisasi pemain asing, sudahlah, cukuplah dengan segelintir saja pemain asing atau pemain keturunan kita dari asing yang berada pada timnas garuda tercinta, biarkan cukup mereka saat ini saja, yang akan memberi nilai positif dan pelajaran kepada pemain asli, iya biarlah cukup mereka, loh mengapa??
gak suka loe Indonesia juara?
gak suka loe timnas berprestasi?
gak suka loe Garuda masuk piala dunia?
bukan nya saya tidak mau melihat kapten timnas tercinta mengangkat sembarang piala (murahan sekali ya, sembarang piala, yang penting piala), bukannya saya gak mau Indonesia jadi terkenal karena sepakbolanya, bukan juga saya iri melihat banyak pemain timnas naturalisasi dielu-elukan semua orang, masuk infotainment laiknya artis beken,. bukan, bukan itu maksud saya,, lantas kenapa? lantas apa?
saya cuma khawatir bakat-bakat kecil kita berhenti berharap,
khawatir bakat-bakat kecil kita berhenti didorong,
saya cuma khawatir kebijakan naturalisasi akan jadi semacam candu,
"gak ada pemain asing gak asik,
gak ada pemain naturalisasi gak greget,
gak ada pemain asing cupu, kurang pemain asing tambahin lagi,
banyak pemain asing pemain lokal gak selevel (ada celah disana, kayak timnas filipin) kalau begitu timasnya kita isi naturalisasi semua saja, biar maen dalam satu level, toh rakyat cuma haus prestasi, toh rakyat cuma ingin kamu, eh kamu kapten, mengangkat piala,.."
saya was-was, bagaimana nasib janu janu kecil yang lebih berbakat, yang lebih serius untuk hidup di jalan sepakbola, yang berkata ini jalan hidupku, sepakbola adalah soulmate ku, bagaimana nasib mereka kelak,
"mau main di klub pemain asing semua isinya,
mau ikut seleksi timnas sudah diisi oleh pemain naturalisasi,
sayang pemain naturalisasi jika gak kepake cletuk oknum tertentu"

hahahahaha lamunan saya ini bukan bermaksud merendahkan bakat-bakat Indonesia atau meragukan daya juang dan daya asing mereka dari pemain naturalisasi, saya sangat mengidolakan bustomi (layaknya pirlo) friman utina (mvp aff 2010), atau okto salah satu pemain asia potensial, dan bambang yang tak pernah lelah mencoba... sekali lagi saya cuma khawatir, sekali lagi saya cuma was-was....
bukan maksud saya juga merendahkan kinerja dan profesionalisme PSSI sebagai otorisasi tertinggi sepakbola Indonesia, walau saya dengar, malah seperti mendengung di telinga, seperti diutarakan berulang-ulang untuk mereformasi PSSI, menurunkan nurdin, siapa yang mau mereformasi pssi? akankah jadi baik nanti? "yang penting berubah dulu" emang sudah ada konsep? turunkan nurdin, siapa yang mau ganti?? apakah lebih kredible daripada mantan koruptor minyak goreng dan beras ini ???(emang koruptor ada istilah mantan, pantes penjualan tiket kaya sistem bagi-bagi sembako murah) yang penting ganti dulu, apakah sudah ada kriteria figur pengganti yang pas, kalau tidak cuma akan jadi bancaan oknum politik tentunya bukan???

dan sekali lagi, tulisan saya tidak bermaksud untuk menunjukan bahwa saya tidak suka dengan keberadaan pemain-pemain naturalisasi di timnas aff 2010,
saya mengagumi profesionalisme dan integritas Gonzalez,
saya tak memungkiri pesona irfan,
who's next???

sekali lagi saya cuma melamun, sekali lagi saya cuma khawatir dan sekali lagi saya cuma was-was,
bukan maksud memperlihatkan anarki, hanya ingin sedikit [ikut-ikutan] peduli....
terbanglah Garudaku, singkirkan kutu-kutu di sayapmu
terus terbanglah garudaku bersama kami yang selalu menyematkan engkau di dada!!!!