Rabu, 31 Oktober 2012

happy halloween



 we are monstrous genk

....If you were scared last year...
and still scare today
...don't move anywhere, stay scare under your bed...

yeaah,,
we are monstrous genk from turin



Freddy number uno
Il Principino Jigsaw

Minggu, 14 Oktober 2012

Aksi Semut Rangrang

Akumulasi kejenuhan semut jelata,,
Apapun pematiknya bisa menjadi sebuah kebakaran yang dasyat,,
Bara yang tinggal menunggu waktu untuk membakar sekam,,


Kamis, 16 Agustus 2012

Kemerdekaan dewasa ini

Minangkabau International Airport,
16.8.2012

Senja di tanah orang,
Kampung Bung Hatta, lattar cerita para legenda dongeng, malin kundang, siti nurbaya, dan banyak cerita sastra lainnya,

akhir bulan ramadhan di kampuang penganut matrialinitas,

semarak lebaran tercium di setiap napas uda dan uni disini, di ranah minang, mungkin juga di pelataran kampung lainnya,

kebetulan, eh bukan,
lebih pas nya bertepatan,
akhir ramadhan kali ini (menjelang lebaran) bertepatan dengan peringatan hari raya kemerdekaan Republik Indonesia,
ya 17 Agustus itu esok hari,
67 tahun yang lalu, secara de jure republik ini menyatakan kemerdekaannya, tepat di tanggal 17 Agustus,

Senin, 06 Agustus 2012

buku

malam datang di akhir weekend pertama bulan Agustus 2012,,

kupeluk erat buku disekitarku,
saat ini memang hanya ia yang mampu kupeluk,
kupeluk erat berharap di tidurku dapat kusarikan apa yang tersirat didalamnya,
bukan detail yang mengengkang tapi makna besar yang ingin disampaikan,

buku, hanya ia yang mampu kupeluk sekarang,
keluarga? jauh nian mereka berada,
pelita hati? semoga cepat engkau kutemukan, mengganti sang buku mensarikan kebijaksanaan yang tersirat,,

Jumat, 01 Juni 2012

Tak Terjaga

Mei berlalu, Juni pun menyambut,
Hangat sambut tentu diharap, lebih hangat daripada Mei, semua harap.

Mei istemewa, mungkin bisa dikata,
ketika kita mendapatkan sebuah makna dari setiap canda yang tak terjaga,

Pertama tentu ucapan maaf atas semua luka yang terbuka,
Yang kedua terima kasih kepada Yang Esa,
Menyadarkan bahwa terkadang semua harus dijaga, dan jangan banyak bercanda,

Selasa, 29 Mei 2012

Numero 10

beberapa hari ini banyak terpikirkan beberapa ide menarik untuk diposting,,
apa daya malas lebih kuasa menahan godaan untuk berbagi cerita,,
dari sekian ide yang ada,,, satu yang tak terbendung,,
Alessandro Del Piero,, ya ADP,, sumber inspirasi, salah satu ikon dekade ini,, khususnya dibidang sepakbola,,

tentu tak akan cukup bila membahas Del Piero sekali duduk,
tak cukup satu judul merangkum apa yang telah dilaluinya 19 Tahun bersama kekasih italia,,

di akhir musim 2011-2012 ini akankah menjadi deadlock hubunganya dengan juventus sebagai pemain??
Mari kita tunggu saja kepastian dari sang legenda juara sejati ini,

dalam postingan pertama ini saya cuma ingin kembali memwartakan tentang permintaan Del Piero ke Juventus sepeninggalnya nanti, untuk tidak turut mempensiunkan kostum nomor punggung 10,,

berikut kutipan alasan dari il capitano,, ....

Selasa, 03 April 2012

3412

Dear April,

2 minggu terlewati di negeri nyiur melambai,
Perayaan nyepi paling jauh dari kampung halaman,

Melewatkan kepulangan kakaknya adik-adik,

Tugas Baru, tantangan baru,
Teori memang lebih kompleks dari apa yang ada di lapangan,,
Kenyataan di lapangan lebih dari sekedar hapalan teori,

Dear April,
I'am Happy still move on now,
Aku bahagia karena terus dapat merealisasikan rencana-rencana kecilku,

Rabu, 22 Februari 2012

ACUH

“Kesuksesan tidak ada yang instan, begitupun dengan kegagalan. Semakin lama bersikap acuh dengan situasi seperti ini, hanya akan mempersilahkan kegagalan untuk menemukan bentuk terbaiknya.” Potongan kalimat tersebut mengutip sebuah postingan di Signora 1987. 

dan mengamini potongan tersebut, hari ini sepertinya adalah perwujudtan awal akibat sikap acuh terhadap keadaan diri sendiri.
Hari ini, akhir-akhir ini, beberapa waktu ini, belakangan ini,

Jumat, 17 Februari 2012

K vs K (part 2)


di undangan tertera jam 18.30 acara dimulai, dan baru 18.48  bisa keluar dari  ruangan kerja, fyuuh.
Kantor-Kost-Djakarta Theater (+ macet - mandi )= 19.41 di studio 3,
Bersyukur walaupun acara sudah dimulai tetapi film belum diputar, masih ada sambutan dan prakata dari para aktor+aktris+tokoh behind the scene. Saya masuk studio ketika Teten selesai memberi sambutan dilanjut Nico dan para aktris new comers, hehehehehe sayang cuma denger suaranya dari pengeras suara karena saya di studio 3, dan deng.. deng... deng.........


K vs K part 1.


K vs K part 2.


Jreeeng..Jreeengh........ jreeengg ..... Revalina S. Temat keluar dari kamarnya, kabur dari rumah menyambut sang kekasih (Nicolas Saputra) yang telah datang menjemput,
Romantika kawula muda (serasi) di jalanan Ibukota, ...sreeettt ...... motor pun berhenti didepan bangunan tua, terpampang di atas pintu tulisan besar "KUA".
Singkat cerita Nico yang barusan masuk ke KUA bercerita ke Reva mau memakai jasa calo KUA, karena ternyata perlu kartu keluarga buat nikah, dan mereka gag bawa itu, daripada rencana kawin lari mereka gagal.
Kamu adalah cerminan rumahmu. mungkin kalimat tersebut adalah pokok ide dari film ini,
Bagi Reva segala hal yang besar dimulai dari yang sepele (cilik).
Nico yang tetep kekeuh bahwa menggunakan calo adalah hal sepele yang lumrah dilakukan oleh orang lain, jadi mengapa harus dipusingkan untuk mempersulit proses pernikahan mereka.
Tetapi bagi Reva, pelajaran masa lalu telah membentuk karakter nya, pendapatnya gag kalah kekeuh korupsi yang besar diawali dari yang kecil-kecil,

Kepribadian Reva yang tak mau kompromi dengan korupsi dibentuk karena memori sentimentilnya waktu masih SD.
Cerita bermula ketika suatu saat, Ayahnya yang berperan sebagai pengambil keputusan untuk penetapan guru tetap di sekolah, menolak pengangkatan salah satu guru (TIDAK TETAP) favorit SD nya (Agus Ringgo). Dan Reva tau tindakan ayahnya tersebut karena motif uang, dimana tidak ada uang "titipan" dalam berkas pengajuan pengangkatan Bapak Guru Agus.

Cerita pun berlanjut dengan zooming pada kehidupan keseharian Bapak Ringgo yang begitu sederhana. Desakan istrinya untuk memberi uang kepada pejabat yang berwenang ia tolak dengan halus.
Baginya pengabdian dalam mengajar tidak berkorelasi dengan sogok menyogok,
Mendidik generasi bangsa bukan hanya sebatas pada bidang akademis formal saja #menurut saya,
Pekerjaan mendidik dalam dunia pendidikan memegang tanggung jawab moral yang besar,
Paling tidak hal tersebut yang saya baca dari lakon pak Guru Ringgo.
Ketika statusnya yang gagal dipermanenkan dan tidak mampu lagi mengajar secara sah di SD Reva, pengabdian pak Ringgo untuk terus mendidik "mantan" murid-muridnya tak berhenti disitu.
Walau terkesan sangat utopis tetapi keputusan pak Ringgo menjadi badut penghibur yang mangkal di dekat SD adalah suatu wujud determinasi nyata dalam menjalani panggilan hidup.

Dikisahkan sang mantan guru yang sekarang menjadi badut berusaha terus berkomunikasi dengan murid-muridnya dan selalu memberikan tambahan pengetahuan setelah jam sekolah anak-anak didiknya dengan bercerita tentang banyak hal. Ya bercerita (mendongeng), mungkin cara ini adalah cara yang efektif untuk membagi pengetahuan kepada anak-anak, dengan memberikan cerita-cerita yang mengandung unsur positif.
Dan diakhir salah satu cerita yang disampaikan pak Ringgo, ada satu pesan yang selalu diingat Reva, Kamu adalah cerminan rumahmu, apa yang kamu lakukan adalah cerminan apa yang telah diajarkan dan hasil didikan orang rumah, atau kata lainnya tingkah laku kita adalah kondisi keluarga kita.

Secara paralel ditampilkan masih adanya argumen antara Nico dan Reva untuk iya atau tidaknya memakai jasa calo KUA, dengan sesekali mengambil gambar akhir kisah hidup si Badut pendidik.

So..... bla .. bla ... bla,,

dan Sekuel ini pun diakhiri dengan meluluhnya Nico atas pendirian atos Reva,
dan diputuskan berdua rujukan untuk tidak mengesahkan kawin lari mereka dengan jalan CALO KUA.


.......................................................................

AKU PADAMU,
ini bukan judul lagu ST 12, juga bukan effect demam cinta akhir-akhir ini, ini hashtag untuk chapter ke 2 film K vs K,
melihat pemeran dan isi ceritanya yang ringan (tapi sangat berbobot pesannya), mungkin chapter ini yang sangat digandrungi kawula angkatan gua,
Bukan karena ada Reva, Nico + Ringgo disitu, juga bukan karena kebetulan ada sentimentil pribadi jika melihat isi cerita ini, saya rela memberi nilai 8 untuk chapter ini.

Sebuah kritik yang menggelitik tentang urusan sogok menyogok dan percaloan,
Cerita yang menampilkan proses pengangkatan pegawai (dalam hal ini guru, bagaimana dengan profesi lain?) yang masih perlu pelicin, sampai calo untuk urusan nikah (menjalankan perintah Tuhan saja ada proses percaloan juga),

Sebuah potret usang (semoga) tentang keadaan negri kita, para profesional diangkat bukan karena kualitas profesinya tetapi dari kuantitas yang ia miliki untuk mendapat profesi tersebut, wkwkwkwk,,
Contoh yang ditampilkan baru dari seorang Guru yang berperan sebagai pendidik (mendidik dengan contoh), bagaimana jika dokter? yang berperan sebagai pemulih kesehatan (kalau menjadi dokternya saja sudah melalui "proses" tidak sehat, apakah ia mampu memberikan sebuah kesehatan), atau bagaimana dengan contoh profesi lainya????, apakah mereka yang rela merogoh kocek lebih untuk dipindahkan ke kocek orang lain demi menduduki suatu profesi, output dari profesionalisme mereka dapat dipertanggungjawabkan????

Semoga Cerita film diatas hanyalah gambaran masa lalu dari Indonesia,
Tanpa bermaksud tutup mata, Aku Padamu adalah cerita lama yang mengambil setting era romantika janji Joni, (semoga) wkwkwkwkwkwkwkwk



Rabu, 01 Februari 2012

Bookmarks

.........................................................................................


"Sekarang aku mengerti mengapa hidupmu begitu tidak berbahagia, Nak. kesalahanmu sendiri, tingkahmu sendiri, didikan Belanda sudah lupakan asal. Kau tidak senang dalam pakaianmu itu, Kau tidak senang pada Ibumu karena dia bukan Belanda."


"Kau tidak senang air yang kau minum dan nasi yang kau makan."


"Barangkali kau pun tidak suka pada kelahiranmu sendiri?"


"Asal kau tahu, itu kau yang kuhadapi sekarang. Sekarang ini. Asal kau tahu, itu yang membikin kau jadi anakku yang sengsara seperti ini. Ah anakku, kan sudah berkali-kali kukatakan: belajarlah berterima kasih, belajarlah bersyukur, anakku. Kau, kau, berlatihlah mulai sekarang, Nak, berterimakasihlah, bersyukur pada segala apa yang ada padamu, yang kau dapatkan dan kau dapat berikan. Impian takkan habis-habisnya. Belajarlah berterima kasih, bersyukur, sedang kiamat masih jauh."


"Kalau kau sudah mendengar semua kataku, bangunlah. kalau tidak, tetaplah bersujud di bawah kakiku, biar aku ulangi." Bangunlah


"Engkau sudah mulai berkumis....."
.................................................................

"Seorang ibu selalu mengampuni anaknya, biarpun anak itu seperti kau, yang baru pandai membangun kesengsaraan untuk dirinya sendiri. Aku datang karena terpanggil oleh kesengsaraanmu, Nak. Surat-suratku tak ada yang kau balas selama ini................................"


"Kau selalu kuampuni, tanpa kau pinta pun, Nak. Kau selamanya membutuhkan ampun."


"Apakah kau kira aku tak mengenal anak-anakku? Aku kenal kau sejak dalam kandungan. Aku kenal suaramu sejak tangismu yang pertama, tanpa menerima suratmu, tanpa melihat wajahmu, dari tempat jauh, hati seorang ibu sudah dapat meraba, Nak. Batapa banyak yang telah kau deritakan untuk menjadi apa yang kau kehendaki sendiri. Bahkan membagi penderitaan pun pada Bundamu ini kau enggan. Orang eropa memang mau pikul sendiri dirinya sendiri. Apa itu perlu, sedang kau masih mempunyai seorang Bunda?"


"Kau sudah dijalari penyakit eropa, Nak, penyakit untuk mendapatkan segala-galanya buat dirinya sendiri seperti ceritamu sendiri."
"Itu penyakit eropa. Kan lebih baik kau belajar mengingat orang lain juga? Kau sudah kukatakan, belajarlah bersyukur, berterima kasih? jangan, jangan bicara dulu. Dulu kau sendiri pernah bercerita, buat eropa terima kasih adalah bunga bibir. Tak ada hati yang mengucapkan. Engkau telah jadi seperti itu, Nak. Aku takkan lupakan cerita-ceritamu itu, yang pandai ingin lebih pandai, yang kaya berusaha lebih kaya. Tak ada yang berterima kasih dalam hati. Hidup diburu-buru untuk menjadi yang lebih. Kan dulu kau sendiri yang bercerita pada Bunda? Mereka semua orang yang menderita: keinginan, cita-cita sendiri, jadi raksana rajadiraja. Masih ingat?"
 .............................................................
".........setelah itu hendak jadi apa lagi?....... Betapa banyak yang hendak kau capai. Betapa banyak kesengsaraan yang kau undang buat membikin dirimu jadi lebih kuyu kehilangan kegembiraan. Mana lagi bakal tersisa buat orang lain, buat para Dewa dan Allah? Nenek moyangmu mengajar dan diajar sederhana. Guru-gurumu mengajar tentang ketidakterbatasan manusia seperti ceritamu sendiri. Nenek moyangmu sangat pandai berterimakasih, sekalipun tidak mengucapkan dengan bibirnya. Kau diajar mengucapkan entah berapa kali sehari, tapi hatimu bisu."

Betapa jauhnya dunia antara anak dan Ibu. Ini bukan jarak sejarah. Apa pula namanya?

"Hukuman, anakku, bagian setiap orang yang tidak dapat menempatkan diri secara tepat dalam tata kehidupan. Kalau bintang dia bintang beralih, kalau hutan dia hutan larangan, kalau batu dia batu ginjal, kalau gigi dia gigi gingsul. Ah, kau bosan mendengarkan kata-kata Bundamu. Beristirahatlah, kau beristirahat, dan nikmati istirahatmu."
 ............................................................................




setiap fase memang melelahkan,
bahkan dalam kebahagiaan pun melelahkan,
kesulitan moga tak pernah membuat lelah bertahan,
karena kita tahu ada Bunda yang selalu mendoakan,

buat Bunda tercinta, yang tak pernah lelah mendengar keluh kesah dan derai tawa anak yang dicinta,

#Jejak langkah page 74-86 (Minke dan Bunda terkasih)
Tak kuat hati ini menahan rindu untuk segera pulang,,
Bersimpuh dikaki Bunda,,

Maaf Bunda, ampuni hamba yang tak selalu pulang walau ada peluang,,
Maaf Bunda, ampuni hamba, yang jadi durhaka karena merasa bangga dengan apa yang ada,,
Mandiri bukan berarti hidup sendiri tanpa bantuan orang tua,,

Jumat, 27 Januari 2012

K vs K (part 1)

Cerita dimulai dari ditampilkannya sketsa seorang pengusaha X yang memberikan ucapan selamat lewat telpon kepada bapak Yatna (Teuku Rifnu Wikana) yang telah berhasil menjadi lurah. Dalam percakapan singkat tersebut tersirat hutang budi pak Yatna kepada sang pengusaha X karena telah membantu dirinya dalam pilkades.
Apa yang ditampilkan berikutnya adalah anomali sepak terjang si Lurah baru dalam mengemban jabatannya yang sekilas diselingi janji-janji bapak lurah waktu kampanye pilkades terdahulu untuk selalu melindungi warganya dan berusaha memakmurkan rakyatnya, (di chapter lain terucap alasan Pak Yatna melakukan ini semua karena demi KELUARGA?!?)
Iqbal (anak pak Yatna) dikisahkan mengalami stress karena kehilangan teman-teman sepermainannya, banyak warga tempat ayahnya jadi lurah telah meninggalkan desa karena tergusur sebuah proyek dari seorang pengembang, yang ternyata adalah pengusaha X di awal sketsa.
Digambarkan teman Iqbal hanya sebuah action figure mainan berupa "penjaga kedamaian vesi jaman modern", yang didapat dari Ella (siapa Ella?)
Konflik chapter ini muncul ketika proyek pengembang tersebut terkendala karena masih ada satu tanah yang belum bisa dikuasainya.
Diceritakan bahwa sang empunya tanah adalah seorang janda muda bernama Ella (Ranggani Puspandya), yang tidak sudi menyerahkan tanah almarhum suaminya kepada siapapun. Ella bahkan tak menggubris segala macam teror dan iming-iming dari antek-antek pengusaha X, termasuk himbauan pak Yatna.
Sang Lurah ternyata punya hubungan khusus dengan Ella, bahkan Pak Yatna pernah berjanji kepada Ella sebelum menjadi Lurah, bahwa tak ada yang akan mengganggu hak Ella atas rumahnya.
Percakapan antara Ella dan Pak Yatna yang coba membujuk (atau memaksa ya) Ella untuk meninggalkan dan menyerahkan rumah dan tanahnya inilah inti dari film pendek ini, "Kamu jadi lurah untuk siapa????".
dan akhri dari cerita????? (silahkan dilihat sendiri)---------------- SAD Ending
Layak diacungi jempol untuk Emil Heradi.

# sebuah pesan yang diambil dari hiperbolis keadaan rakyat sebuah desa yang tersentuh sebuah rencana serakahnya kota (kita??)---langsung teringat lagu ujung aspal pondok gede-nya bang Iwan.

Jadi teringat sebuah komentar guru besar dari sebuah universitas terpandang di Indonesia mengenai polemik yang terjadi di rumah belajarnya, "Power tends to corrupt". (Quote dari Lord Acton juga)

Cerita pertama diatas diberi judul oleh pak Sutradara "Rumah Perkara".



wuahahahaha, tulisan ini adalah ingatan kecil saya atas film K vs K (Kita versus Korupsi) part 1 (part 2, 3, 4 ada di laman lain).
26 Januari 2012, secara kebetulan dan mendadak "mendapat" undangan untuk hadir dalam premier film K vs K di Djakarta Theater.
Wkwkwkwkw, gayung pun bersambut, di tengah kepenatan mid week
why not??? Hajar bleeh, ...
Overall 7,89 lah nilainya,
Part 1 ini boleh deh kita kasih 7,5 untuk ukuran film lokal,

Let's support our local film,
and................
Let's kick corruption out of our country,....

Senin, 16 Januari 2012

Kesurupan hiiiiiiii

16 Hari sejak tahun baru,

Tak ada perubahan dalam rutinitas,

Masih heran juga, niat mengusir sang malas masih sebatas niat yang terucap, tanpa tindakan.
Masih menunggu partner in crime yang bisa diajak melahap semua ini,

Masih tetap seperti dulu, [sepertinya]
Bermimpi dan terus bermimpi tanpa pernah bercermin,
Mungkin dalam teman seangkatan SMA atau bahkan Kuliah saya termasuk dalam kategori no progress untuk urusan penampilan dan tampilan, wkakakakaka

Itu tampilan luar, dari dalam???

Isi otak? saya tidak yakin kemampuan kognitif saya berkembang selama 5 tahun ini, jika kita mengambil cut off perbandingan waktu kelulusan SMA, ilmu serasa hanyalah sebuah formalitas pencarian nilai hitam diatas putih (gag hitam item juga) bukan pendalaman nilai terkadung dalam ajaran dan didikan yang disampaikan,


Sikap??? Jujur saja saya merasa ada degradasi sikap dan tingkah laku dalam keseharian,
sopan santun, tata krama, unggah ungguh bertutur kata dan bertingkah laku, jauh dari apa yang sudah biasa dilakukan dalam adat kakek moyang.
Apa daya jika etika kita pernah dipertanyakan, atau sekedar diisukan berada dibawah garis standar.

Lantas bagaimana dengan kepedulian??? point ini mungkin yang paling memprihatinkan, jika dalam sikap saya pernah kuatir bila sewaktu saya pulang kampung saya lupa cara bertegur sapa [akhirnya kecemasan ini tak pernah jadi nyata (semoga)], dalam hal kepedulian kiranya dulu saya tidak pernah merasa cemas, tapi waktu malah menelan "waktu untuk peduli" [offense],
low awareness, unsympatic, careless, semboyan Talk more Do more, jadi Talk More Doing Nothing.

Serasa cita-cita besar masa SMA hanya sebuah dongeng belaka, walau kini mulai ingat kembali, semoga gag sebatas ingat,.. semoga definisi Masa Depan yang diartikan "bukan hanya bagaimana kita melihat apa yang ada di depan kita, tetapi adalah cara kita menyikapi apa yang ada di depan kita dan apa yang ada disekitar kita [disamping] bukan sebuah definisi doang,


Minggu Sore, 15 Januari 2012,
[[Masih terus teracuni oleh idealisme kecut tanpa bahan pengawet]]


Entah ada angin apa, terlintas sebentar memory bersama mendiang tokoh-tokoh terkasih,

Tergambar jelas suasana Tawur Agung di usia 5 tahun bersama kakek dan nenek + keluarga besar (sesuatu yang mustahil dilakukan kembali) semoga saya salah,

Sepenggal percakapan dengan Eyang putri yang memberi iming-iming ternak kelinci agar saya tetap tinggal entah mengapa turut terselip,

Masih terasa kecut di bibir ketika Bude Narti memaksakan jamu cekok (ramuan obat doyan makan),


Masih terasa cubitan dan tarikan di Hidung setiap berkunjung ke rumah Bude Ken,


Teringat jelas Tante Titik yang mencoba mengorek informasi kisah cinta monyet keponakannya dengan little princess yang juga digandrungi anaknya, waw waw waw

Sebentar terdengar jelas sorak-sorai supporter di Gelora Bhineka, ketika Wisnu yang tak ber-SIM pun nekat memboncengkan teman ingusannya ke Solo cuma mau mendukung tim Bola Basket sekolah,


Terasa baru kemarin, menghabiskan malam bersama,
melayangkan sumpah serapah untuk para pembobol pintu konser musik band ########, mengitari Komplek Prambanan,, bertukar pendapat [berdebat tepatnya] mengenai siapa pemain paling legendaris di Juventus, dan diakhiri dengan kekecewaan karena Juve harus bertekuk lutut di Highbury melawan arsenal,
ya semua ini terasa baru kemarin, kebersamaan bersama Mahayogi,


dan penutup lamunan sore ini, histeria liburan sehabis pra-jabatan+pengumuman definitif lokasi kerja,
seakan kunjungan terakhir ku pada Pakde adalah sebuah ritual turun temurun,
Rituan pemberian tongkat estafet,,


Dimana dengan Tongkat Estafet di tanganku sekarang, maka aku harus berlari kencang,
Ya berlari kencang dalam lintasan yang sudah digariskan,
Pelari berikutnya telah menungguku,
Menunggu tongkat estafet yang sekarang aku pegang,


Mampukah aku berlari terus dengan beban tongkat estafet ini di tangan????
mampukah aku berlari sebaik pelari sebelumnya.,,,
karena mungkin pelari berikutnya telah menunggu-ku dengan gelisah,
atau mungkinkah aku pelari terakhir, yang harus membawa tongkat estafet ini ke garis akhir????

Masih di sini, 16 hari setelah tahun baru,,

Masih seperti dulu,
Yang terus bermimpi walau pun tak tahu diri,,


#untuk mereka yang terlalu cepat dikangenin Tuhan