Apakah saya sedang bermiimpi minggu pagi ini???
Pagi ini tiba-tiba saja saya teringat dengan ibu dirumah, perasaan kangen rumah, kangen ibu, sepertinya sedang mendera batin bujangan ini, tak biasanya memang, maklum selama merantau di tanah orang obat pelepas kangen cukup dengan kabar sms atau telpun, itu sudah cukup buat saya, yang penting ibu (baca:orang rumah) tahu keadaan saya baik, selebihnya itu masalah saya dan jangan jadi beban orang rumah, itu prinsip saya yang mungkin tak sebulatnya tepat.
Ibu saya, yang selalu saya panggil “buk’e” memang bukan wanita modern, bukan layaknya ibu-ibu sekarang yang selalu tampil fashionable penuh dengan olesan kosmetik dan semerbak parfum disekujur tubuh, Ibu saya juga bukan wanita karier yang berkerja tanpa batas waktu hingga lupa keluarga, karena memang ibu saya cuma ibu rumah tangga, ibu saya pun tak memiliki social networking yang luas, walau bukan berarti beliau tidak pandai bergaul.
Bagi saya Ibu menyerbakan harum tersendiri, harum kasih sayang pada anak-anaknya, saya rasa hanya anak-anaknya yang mampu mencium harumnya ibu. Sepanjang kebersamaan dengan ibu, tak pernah kulihat ia nyaman beristirahat, karena segudang pekerjaan rumah dipikul beliau tiap hari demi kewajiban mengurus keluarga, yang kutahu juga ibu nyaman dengan lingkungannya, walaupun beliau pedagang yang sebatas pedagang eceran jadi tidak memusingkan polah tingkah client atau rekanan segala.
Saya memang bukan anak Ibu –anak mama- karena separuh lebih umur saya yang sudah masuk kepala 2 ini saya habiskan diluar kehangatan keluarga, jauh dari belaian kasih Ibu setiap hari. Ya sejak kecil saya sering diungsikan ke kota lain dengan alasan mencari mutu sekolah yang lebih baik. saat kuliah pun kebetulan dapet luar kota, yang jauh dengan keluarga. Dan sekarang berkat doa Ibu juga saya sudah kerja, dan lagi-lagi jauh dari keluarga, meskipun jarak tempuh pulang kampung masih dapat dihitung dengan satuan jam. Lantas kadang saya heran kenapa banyak orang malu disebut anak mama, bukannya mereka harusnya senang karena mereka dapet begitu dekat dan hangat dengan ibu-ibu nya. Bagi saya yang bukan anak mama, dan saya akui kurang dekat dekat dilihat dari jam kebersamaan, saya bersyukur karena saya sangat percaya bahwa Ibu sangat menyayangi dan mengasihi kami anak-anaknya lebih dari yang kami tahu dan lebih dari yang harus kami tahu, itu saja sudah cukup dan yang pasti saya pun sangat menyayangi Ibu saya, lebih dari yang saya ungkapkan, dan lebih dari sikap lahiriah saya yang sering kali bandel dan tak acuh dengan nasehat beliau.
Pagi ini juga teringat kata-kata beliau saat saya memberi kabar bahwa saya telah resmi lulus dari STAN, beliau mengatakan permohonan maaf disamping rasa syukur beliau kepada Tuhan, beliau meminta maaf karena tidak pernah membimbingku belajar dari dulu, tak pernah mengajariku mengenai materi pelajaran sekolah, tak pernah menemani mengerjakan PR, dan sekarang tiba-tiba saja saya sudah lulus D3. Ibu mengatakan bahwa beliau Cuma dapat mendoakan anaknya, dan percaya apapun yang dilakukan anaknya, Huuuuuuuaaaaaah, berkecamuk dalam dada, saya diam tak begeming, tidak kubiarkan Orang tuaku meminta maaf padaku, karena tak pernah sedikit pun mereka berbuat salah.
Ibu memang kita tak selalu bersama, memang kita tak setiap hari bertemu, tapi aku tahu Ibu selalu ada di setiap doaku, dan ibu biarkan disini diriku tak selalu mendapatkan perhatian dan belaian kasihmu, tapi ananda percaya Ibu selalu sayang dan mendoakan ananda disini.
Semoga ibu selalu sehat dan selalu diberi kekuatan untuk terus menyayangi kami anak-anaknya.
Tole
PS: belum ada foto ibu saya, kapan2 dikasih deh..
ditulis sehabis lihat el clasicco jilid 2 2011