Kamis, 16 Agustus 2012

Kemerdekaan dewasa ini

Minangkabau International Airport,
16.8.2012

Senja di tanah orang,
Kampung Bung Hatta, lattar cerita para legenda dongeng, malin kundang, siti nurbaya, dan banyak cerita sastra lainnya,

akhir bulan ramadhan di kampuang penganut matrialinitas,

semarak lebaran tercium di setiap napas uda dan uni disini, di ranah minang, mungkin juga di pelataran kampung lainnya,

kebetulan, eh bukan,
lebih pas nya bertepatan,
akhir ramadhan kali ini (menjelang lebaran) bertepatan dengan peringatan hari raya kemerdekaan Republik Indonesia,
ya 17 Agustus itu esok hari,
67 tahun yang lalu, secara de jure republik ini menyatakan kemerdekaannya, tepat di tanggal 17 Agustus,



Semarak 17-an (mereka sebut) kelihatan di setiap kotak, tapi entah kotak mana yang dimaksud?!? kotak televisi, apa iya disana?
atau ditempat yang dikotak-kotakan? entahlah, atau disetiap kotak keluarga, atau malah di kotakan kumpulan orang yang terorganisir dalam wadah perusahaan, instansi pemerintah, lembaga, embuhlah,

hari ini, suasana di dada para perantau adalah gegap gempita untuk mudik (pulang kampung),

begitu pula dengan saya, tapi hari ini saya hanya mudik ke tempat penugasan satu ke tempat penugasan lainnya,

karena besuk masih ada kegiatan di tanah rantau, upacara bendera peringatan hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,,
penugasan? mereka bilang ini penugasan? kewajiban dari instansi kata mereka? menyelamatkan rupiah yang diterima? pengorbanan libur lebaran?

apapun itu, besok adalah sebuah acara penting, minimal bagi saya, acara yang sedari dulu saya ikuti,

kapan terakhir anda upacara bendera, memperingati proklamasi hari kemerdekaan??
kapan??

ataukah karena kita telah dewasa hari ini, tak perlu itu pakai ikut upacara bendera??

SD, SMP, SMA, Kuliah D3, kerja,
syukur selalu digelar upacara bendera,
dan syukur saya berusaha untuk mengikutinya,
apakah motivasi ini? entahlah,

yang pasti sebuah lagu dari Iwan Fals ini, terlalu detail untuk saya, mengingat salah satu moment upacara yang saya lakukan sewaktu SD,

-----------

Siang Pelataran SD Sebuah Kampung

Sentuhan angin waktu siang
Kibarkan satu kain bendera usang
Di halaman sekolah dasar
Di tengah hikmat anak desa nyanyikan lagu bangsa

Bergemalah

Tegap engkau berdiri walau tanpa alas kaki
Lantang suara anak anak disana
Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya
Walau tak terucap namun bisa kurasa

Bergemalah

Ya ha ha hau
Harapan tertanam
Ya ha ha hau
Tonggak bangsa ternyata tak tenggelam

Dengarlah nyanyi mereka kawan
Melengking nyaring menembus awan
Lihatlah cinta bangsa di dadanya
Peduli usang kain bendera

----------

apakah saya harus berubah,
untuk tidak upacara dewasa ini,
apakah saya ikut upacara karena diwajibkan instansi tempat saya bekerja? karena takut dipotong tunjangannya?
apakah saya harus melewatkan upacara,
untuk mencuri start berkumpul dengan keluarga

--------------
ditulis saat tepat waktu berbuka puasa di bandara internasional minangkabau, padang,
meramaikan bulan puasa,
memeriahkan lebaran,
menyemarakan upacara 17-an,

Pak Wawan dan Pak Harry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar