Jumat, 17 Februari 2012

K vs K (part 2)


di undangan tertera jam 18.30 acara dimulai, dan baru 18.48  bisa keluar dari  ruangan kerja, fyuuh.
Kantor-Kost-Djakarta Theater (+ macet - mandi )= 19.41 di studio 3,
Bersyukur walaupun acara sudah dimulai tetapi film belum diputar, masih ada sambutan dan prakata dari para aktor+aktris+tokoh behind the scene. Saya masuk studio ketika Teten selesai memberi sambutan dilanjut Nico dan para aktris new comers, hehehehehe sayang cuma denger suaranya dari pengeras suara karena saya di studio 3, dan deng.. deng... deng.........


K vs K part 1.


K vs K part 2.


Jreeeng..Jreeengh........ jreeengg ..... Revalina S. Temat keluar dari kamarnya, kabur dari rumah menyambut sang kekasih (Nicolas Saputra) yang telah datang menjemput,
Romantika kawula muda (serasi) di jalanan Ibukota, ...sreeettt ...... motor pun berhenti didepan bangunan tua, terpampang di atas pintu tulisan besar "KUA".
Singkat cerita Nico yang barusan masuk ke KUA bercerita ke Reva mau memakai jasa calo KUA, karena ternyata perlu kartu keluarga buat nikah, dan mereka gag bawa itu, daripada rencana kawin lari mereka gagal.
Kamu adalah cerminan rumahmu. mungkin kalimat tersebut adalah pokok ide dari film ini,
Bagi Reva segala hal yang besar dimulai dari yang sepele (cilik).
Nico yang tetep kekeuh bahwa menggunakan calo adalah hal sepele yang lumrah dilakukan oleh orang lain, jadi mengapa harus dipusingkan untuk mempersulit proses pernikahan mereka.
Tetapi bagi Reva, pelajaran masa lalu telah membentuk karakter nya, pendapatnya gag kalah kekeuh korupsi yang besar diawali dari yang kecil-kecil,

Kepribadian Reva yang tak mau kompromi dengan korupsi dibentuk karena memori sentimentilnya waktu masih SD.
Cerita bermula ketika suatu saat, Ayahnya yang berperan sebagai pengambil keputusan untuk penetapan guru tetap di sekolah, menolak pengangkatan salah satu guru (TIDAK TETAP) favorit SD nya (Agus Ringgo). Dan Reva tau tindakan ayahnya tersebut karena motif uang, dimana tidak ada uang "titipan" dalam berkas pengajuan pengangkatan Bapak Guru Agus.

Cerita pun berlanjut dengan zooming pada kehidupan keseharian Bapak Ringgo yang begitu sederhana. Desakan istrinya untuk memberi uang kepada pejabat yang berwenang ia tolak dengan halus.
Baginya pengabdian dalam mengajar tidak berkorelasi dengan sogok menyogok,
Mendidik generasi bangsa bukan hanya sebatas pada bidang akademis formal saja #menurut saya,
Pekerjaan mendidik dalam dunia pendidikan memegang tanggung jawab moral yang besar,
Paling tidak hal tersebut yang saya baca dari lakon pak Guru Ringgo.
Ketika statusnya yang gagal dipermanenkan dan tidak mampu lagi mengajar secara sah di SD Reva, pengabdian pak Ringgo untuk terus mendidik "mantan" murid-muridnya tak berhenti disitu.
Walau terkesan sangat utopis tetapi keputusan pak Ringgo menjadi badut penghibur yang mangkal di dekat SD adalah suatu wujud determinasi nyata dalam menjalani panggilan hidup.

Dikisahkan sang mantan guru yang sekarang menjadi badut berusaha terus berkomunikasi dengan murid-muridnya dan selalu memberikan tambahan pengetahuan setelah jam sekolah anak-anak didiknya dengan bercerita tentang banyak hal. Ya bercerita (mendongeng), mungkin cara ini adalah cara yang efektif untuk membagi pengetahuan kepada anak-anak, dengan memberikan cerita-cerita yang mengandung unsur positif.
Dan diakhir salah satu cerita yang disampaikan pak Ringgo, ada satu pesan yang selalu diingat Reva, Kamu adalah cerminan rumahmu, apa yang kamu lakukan adalah cerminan apa yang telah diajarkan dan hasil didikan orang rumah, atau kata lainnya tingkah laku kita adalah kondisi keluarga kita.

Secara paralel ditampilkan masih adanya argumen antara Nico dan Reva untuk iya atau tidaknya memakai jasa calo KUA, dengan sesekali mengambil gambar akhir kisah hidup si Badut pendidik.

So..... bla .. bla ... bla,,

dan Sekuel ini pun diakhiri dengan meluluhnya Nico atas pendirian atos Reva,
dan diputuskan berdua rujukan untuk tidak mengesahkan kawin lari mereka dengan jalan CALO KUA.


.......................................................................

AKU PADAMU,
ini bukan judul lagu ST 12, juga bukan effect demam cinta akhir-akhir ini, ini hashtag untuk chapter ke 2 film K vs K,
melihat pemeran dan isi ceritanya yang ringan (tapi sangat berbobot pesannya), mungkin chapter ini yang sangat digandrungi kawula angkatan gua,
Bukan karena ada Reva, Nico + Ringgo disitu, juga bukan karena kebetulan ada sentimentil pribadi jika melihat isi cerita ini, saya rela memberi nilai 8 untuk chapter ini.

Sebuah kritik yang menggelitik tentang urusan sogok menyogok dan percaloan,
Cerita yang menampilkan proses pengangkatan pegawai (dalam hal ini guru, bagaimana dengan profesi lain?) yang masih perlu pelicin, sampai calo untuk urusan nikah (menjalankan perintah Tuhan saja ada proses percaloan juga),

Sebuah potret usang (semoga) tentang keadaan negri kita, para profesional diangkat bukan karena kualitas profesinya tetapi dari kuantitas yang ia miliki untuk mendapat profesi tersebut, wkwkwkwk,,
Contoh yang ditampilkan baru dari seorang Guru yang berperan sebagai pendidik (mendidik dengan contoh), bagaimana jika dokter? yang berperan sebagai pemulih kesehatan (kalau menjadi dokternya saja sudah melalui "proses" tidak sehat, apakah ia mampu memberikan sebuah kesehatan), atau bagaimana dengan contoh profesi lainya????, apakah mereka yang rela merogoh kocek lebih untuk dipindahkan ke kocek orang lain demi menduduki suatu profesi, output dari profesionalisme mereka dapat dipertanggungjawabkan????

Semoga Cerita film diatas hanyalah gambaran masa lalu dari Indonesia,
Tanpa bermaksud tutup mata, Aku Padamu adalah cerita lama yang mengambil setting era romantika janji Joni, (semoga) wkwkwkwkwkwkwkwk



Tidak ada komentar:

Posting Komentar